KLB Polio Melanda Filipina,11 Juta Balita Berisiko Terinfeksi
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar dua pekan lalu, tepatnya pada 19 September, pemerintah Filipina menyatakan negaranya alami Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio setelah 19 tahun polio 'menghilang' dari negara tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, kasus polio di Filipina dinilai tidak terduga karena negara itu tidak masuk dalam daftar negara berisiko polio yang disusun oleh Inisiatif Pemberantasan Global Polio.Menurut laporan WHO, kasus polio pertama di Filipina dikonfirmasi pada pertengahan bulan lalu. Seorang anak perempuan berusia 3 tahun yang tinggal di Lanao del Sur, Filipina Selatan, didapati terserang virus turunan polio tipe 2 (VDPV2). Sedangkan kasus kedua dikonfirmasi pada 19 September setelah anak laki-laki berusia 5 tahun dari Provinsi Laguna mengalami kondisi serupa.
Sampel lingkungan yang diambil di Manila dan Davao dinyatakan positif mengandung VDPV2. Chris Staines, kepala Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) di Filipina, mengatakan sebanyak 11 juta anak-anak balita di Filipina kini sedang menghadapi risiko kecacatan yang tinggi dan bahkan kematian karena virus tersebut, mengutip Aljazeera.
Polio sangat menular
Polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen dan penderita polio terbanyak adalah balita yang belum mendapatkan vaksin atau imunisasi polio. Selain kelumpuhan permanen, polio juga menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan sehingga penderita dapat mengalami kesulitan bernapas.
Polio dapat menjadi penyakit yang sangat menular, seperti penyakit flu, karena disebabkan oleh virus. Virus, termasuk virus penyebab polio, dapat dengan mudah menular lewat cipratan air liur, udara, makanan dan minuman yang terkontaminasi, melalui hidung dan mulut. Itu sebabnya, wabah penyakit ini dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio.
WHO sangat merekomendasikan untuk menjaga kebersihan sebagai langkah pencegahan, seperti mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum menyentuh hidung dan mulut, memasak makanan dan air hingga matang sebelum dikonsumsi, serta menjaga kebersihan toilet karena virus ini juga dapat ditularkan melalui feses.
Namun, polio tak bisa secara efektif dicegah dengan cara itu, melainkan melalui vaksin. Vaksin polio umumnya diberikan sebanyak empat kali dalam 4 bulan pertama kehidupan bayi. Lalu, dilanjutkan dengan imunisasi polio tambahan yang berikan setiap tahun.
3 dari 5 anak tidak divaksinasi
Sayangnya, tak sedikit orang tua yang menolak untuk memberikan vaksin kepada anak-anak mereka dengan sejumlah alasan. WHO mengatakan, penolakan ini membuat penanganan polio menjadi stagnan, bahkan kembali mewabah di sejumlah negara, termasuk Filipina.
Perwakilan WHO dari Filipina Rabindra Abeyasinghe mengatakan, sejauh ini hanya 40 persen anak di bawah usia lima tahun yang telah menerima vaksin polio melalui suntikan. Itu berarti tiga dari lima anak balita belum divaksinasi. Sedangkan tingkat imunisasi yang rendah telah berkontribusi terhadap KLB polio.
KLB polio menjadi darurat kesehatan ketiga yang terjadi di Filipina sepanjang tahun ini. Pada bulan Februari, wabah campak juga melanda negara itu, sekitar 477 kematian akibat campak yang sebagian besar terjadi pada anak-anak terjadi pada Mei 2019. Tak hanya itu, wabah demam berdarah juga menginfeksi 271.480 warga sejak bulan Januari hingga 31 Agustus 2019 dan menewaskan sedikitnya 1.107 orang.
[Gambas:Video CNN] (ayk/ayk)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "KLB Polio Melanda Filipina,11 Juta Balita Berisiko Terinfeksi"
Post a Comment